Skip to main content

Sepenggal Cerita dari Seberang

Friday, September 11 2015

My friends are coming !

Their names are (Mini, Putri, Maya, and Nelly), mereka akhirnya berangkat dari Banda Aceh menuju Pulau kecil seberang Sumatra yang bernama Pulau Weh atau orang-orang keren disini biasa menyebutnya dengan “Santai Banget” yang disingkat menjadi Sabang. Sebenarnya itu bukan sejarah dari nama Sabang itu sendiri, jika ingin tahu lebih detail tentang Sabang, tanya aja ke Mbah Google.com Heheehe…..
Tepat pukul 09.45 mereka mengirimkan pesan bahwa telah sampai di palabuhan. Dengan santainya aku menjawab “iya otw ne” padahal aku baru aja selesai mandi, LOL! biar mereka agak tenang sedikit. Berkali-kali ditelpon, kemudian aku mengirimkan sms kalau aku On the way dan agak lama karena pakai motor butut yang memperlambat penjemputan, padahal kecepatan motor itu gak kalah sama Ninja dan gak jauh beda dengan motor yang dipakai Bang Mando Gapi dan Bang Joni di film komedi Aceh “Eumpang Breuh”, semua itu tujuannya agar mereka lebih tenang aja, hahaaa…
Gak lama setelah bersapa “hai, selamat datang” aku langsung membawa mereka ke tempat yang sangat mainstream untuk berfoto, tempat yang sering disebut netizen “jalan baru” yang letaknya di Desa Balohan, kira-kira 1km dari pelabuhan. Sontak ketika sampai mereka berkata “aku kirain tempatnya mewah, kayak teras-teras dibelakang hotel, eh rupanya cuma manipulasi fotografer aja”. Zone fotonya memang biasa, hanya ada pagar yang disediakan pemerintah untuk masyarakat agar lebih mudah menikmati pemandangan dan mengabadikan moment pelabuhan dari atas. Jalan yang berkelok-kelok dan berputar mesra ketika melewatinya akan sangat indah jika dinikmati dari atas bukit dimana teras jalan itu didirikan, ditambah bentangan laut yang diselimuti gunung-gunung pulau yang sangat kokoh, aku tak akan pernah bosan untuk menikmatinya.
15 menit berlalu, cuaca mulai tak bersahabat, langit memarahi awan yang membuat hatinya teriris dan kemudian menangis, hujan pun menangis dan membasahi bumi. Kami harus turun ke bawah untuk mencari perlindungan. Lama manunggu awannya tersenyum kembali, kami duduk terdiam dan sesekali menjepret diri dengan kabut-kabut bekas linangan air mata si awan.
Setelah hujan reda, kami langsung menuju ke Desa Cot Damar kelurahan Paya Seunara tepatnya dirumah aku :D
Mengganti baju yang basah ketika diperjalanan pulang karena awan berkali-kali menangis kembali, entah apa yang terjadi diatas. Setelah makan siang yang sangat sederhana kami langsung meng-explore tempat-tempat mainstream anak muda Sabang, tujuannya selain melihat pemandangan yaaaa… “foto-foto”. Tempat yang pertama adalah “Casanemo Resort”, kemudian Bunker Jepang dan yang terakhir, saya lupa nama Resortnya apa, tapi kami sering menyebutnya “Thomas Resort” karena dulu pemiliknya bernama Thomas, hehee.. yang letaknya di Desa Anoi Itam, -+200m setelah Rujak Batee Gajah. Mereka mengabadikan banyak foto di tempat-tempat ini, dengan bermacam gaya sampai gayanya kadaluarsa. Kali ini aku memilih menjadi “A girl behide the camera” dan menjadi fotografer andalan mereka selama disini. Hasilnya cukup memuaskan kok (sekalian promosi mencari lowongan kerja :D ).
Menutup hari dengan shalat berjama’ah di masjid raya-nya Sabang “Masjid Babussalam” membuat kami merasa tenang dan bersyukur karena Allah masih menyayangi kami sampai hari ini. Setelah itu aku mengajak mereka menyantap mie andalanku dan orang-orang di Sabang ini yaitu “Mie Sedap”. Eeiits ini bukan mie sedaap produksinya Indofood, tapi ini produksi Sabang. Aku punya kisah lucu tentang itu, hahaa they knew that !
Mie-nya hampir sama dengan mie kocok, tapi rasa dan sedap nya yang berbeda, cobalah! :D

Keesokan harinya, kami berangkat menuju….”Rumoh nek Rubiah”, keluarga biasanya menggangguku dengan kata itu karena setiap libur dan lebaran, pasti kesitu. Pulau kecil “Rubiah” yang banyak dihiasi ikan warna-warni dilautnya,  zona yang sangat cocok untuk Snorkeling apalagi Diving, waaahh…aku yakin kalau kalian kesini, pasti pengen kembali lagi, lagi dan lagi!
Setelah ber-negosiasi dengan Bang Wandi (Penyewa pelampung dan perlengkapannya), kami mendirikan shalat di masjid terdekat, tepatnya di Iboih. Kemudian langsung mengganti pakaian snorkeling dan “go snorkel” in rumoh nek Rubiah. Ketika sampai, kami memutuskan untuk mengisi kekosongan, tepatnya kekosongan perut agar snorkeling lebih kuat dan tahan lama :D
Yang aku suka di Salsa Café ini adalah Mie Gurita, bukan karena yang lain gak enak, tapi karena dulu ngorder mie ini dan merasa enak, aku gak mau pilih yang lain, setia nih ceritanya :p
Makan gak perlu lama, go snorkel-nya yang harus lama, kami langsung nyemplung bertemu “nemo-ya” nama ikan yang mereka namai, karena nemo asli belum ketemu. Ckckckck
Mencari-cari kerumunan ikan untuk senyum bersama didepan kamera, akhirnya kami menemukan tempat yang pas, pas untuk pemula seperti kami ini yang masih takut akan kedalaman laut dan gak bisa berenang, hhmmpp…
Bermacam ragam cara kami coba agar pose dibawah laut terlihat bagus ketika dijepret, mulai dari kepala kebawah dan kaki masih terkangkang diatas, memegang tali, karang, butuh perjuangan ekstra menahan nafas beberapa detik untuk 1 lembar foto. Kalau mission failed, ngulang lagi nyelamnya, sampai ketemu hasil foto yang memuaskan baru gantian model-nya. Setelah semua dari kami mendapatkan foto dengan ikan-ikan mungil itu (kecuali putri yang takut melepas pelampung), kami kembali ke daratan lewat bibir pantai. Tapi mini-on, kalau sekarang sering kusebut sebagai Psiko(pat) memilih naik lewat dermaga, entah apa yang dipikirkannya, mau sok hebat kayaknya atau mau mencoba hal baru, hal baru tanpa pengawasan juga kadang-kadang bahaya, tak lama ia langsungmerasakan akibatnya, akhirnya karena keputusan itu dia menginjak “bulu babi” bukan bulu si babi hutan, tapi ini duri di dalam laut yang bernama bulu babi karena terlihat seperti bulu babi yang rucing dan hitam. Awalnya aku gak tau kalau terinjak bulu babi ini harus dicabut atau gak, nakhoda kami bilang jangan dicabut, tetapi di tetesin air cuka atau air seni, akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Menjadi info juga bagi kami khususnya aku sendiri karena belum pernah mengalaminya.
Setelah lukanya diobatin, kami kembali ke asal, ke Pantai Iboih untuk mengembalikan property bang Wandi dan menuju ke akhir dari perjalanan, KM 0 Indonesia!
Ketika melewati jalan yang dihiasi dedaunan yang berguguran, rute kecil, sunyi, sepi, yang terdengar hanyalah suara binatang hutan, membuat aku merasa…
aku merasa…
merasa..
esok tidaklah sama dengan hari ini, maka aku harus membangun hari ini dengan semaksimal mungkin semampuku, karena belum tentu esok aku masih bisa tersenyum menatap mentari.  Selamat malam! Kami pulang dalam kegelapan malam, pukul 18.40  and arrive at home 19.20
Terdengar dibalik kamar, mereka terus tertawa, bercerita tentang hari ini, semua kejadian yang membuat kami terus saja tertawa. Melihat kembali foto hari ini, mengulang cerita dan kembali tertawa, semua itu jelas terekam di ingatan. Hal yang membuat kami bisa tersenyum dalam mimpi.
Terima kasih Tuhan, kau anugerahkan aku sahabat-sahabat seperti mereka...
Minggu, 13 September 2015
Mereka harus kembali, kembali berlabuh ke seberang pulau, tempat dimana mereka dilahirkan. Ingat 1 hal, pergi untuk pulang. Kemana pun kaki ini melangkah pastikan rumah adalah tujuan awal dan akhirmu.
Sebelum pulang, mereka ingin menikmati pemandangan pantai-nya santai Sumur Tiga dan berpose didepan tulisan “I love Sabang” untuk menutup hari ini :p
12.15 wib, kami sudah sampai di pelabuhan Sabang dan menyempatkan membeli oleh-oleh untuk keluarga. Setelah makan siang, mereka mengantri sepeda motor untuk dimasukkan kedalam kapal. Aku masih menunggu, sampai akhirnya mereka masuk dan aku mengikutinya sampai kedalam, membantu mencarikan kursi yang kosong. Keberuntungan tak berpihak kapada kami hari ini, semua kursi terisi penuh penumpang, berputar-putar mencari, berdesak-desakan,  mereka menyerah dan memutuskan untuk duduk di bawah tangga dan beristirahat. Setelah semua terasa aman, aku pamit untuk turun dan gak lupa cipika cipiki dulu sebelum berpisah :D
Aku menunggu berangkatnya kapal di dermaga, melihat tanpa henti wajah-wajah yang akan selalu aku rindukan itu. Setiap kali harus berpisah, walaupun aku tau pasti akan bertemu kembali, jika umurku panjang, hatiku gak pernah sanggup menghadapinya, terus saja aku tahan untuk tetap tersenyum sampai kapal benar-benar bertolak menjauh dan aku mulai membalikkan badan melangkah pulang. Sampai jumpa kawanku, semoga kita bertemu lagi !
Sesampainya dirumah aku membuka kembali folder image hasil jalan-jalan kami, sambil tersenyum haru aku terus memandangi detail wajah mereka. Satu per satu aku perhatikan dan merekam mereka dalam memori ingatanku, aku tak ingin 3 hari ini terlupakan begitu saja, aku ingin wajah-wajah orang yang membuat aku tersenyum terus melekat dikepala dan juga dihati kecil ini.
Belum selesai menikmati semua foto itu, senja sudah memanggil untuk menutup hari, menutup pintu, menutup jendela tapi jangan pernah menutup hatimu untukku, hahaha…
Kemudian aku beranjak dari kamar menuju ruang tamu, bercengkrama dengan keluarga sambil menikmati cemilan yang dipaksa terima oleh mereka, dengan memakai kata ampuh “kenapa gak menghargai pemberian orang” aku lantas terdiam dan mengangguk permintaannya.. -.-
Aku teringat kembali akan foto yang belum selesai aku rindukan, bergegas ku menuju kamar. Langkah demi langkah aku tapaki, melangkah tanpa ragu dan tanpa pikiran aneh yang mengganggu. Perlahan aku membuka pintu, belum sempat menyentuh laptop diatas kasur, tiba-tiba sesuatu memasukiku, sesuatu yang hampa, sesuatu yang membuat semua terasa berbeda, aku merasa ada yang hilang, hilang dari semua tawa, nyanyian, kebisingan dan semua gerak gerik mereka, kamar ini menjadi sepi tanpa suara, suara yang biasanya menghiasi kamar sempit dan sunyi ini, suara-suara yang mengisi kekosongannya, suara tawa yang bercerita tentang hari ini. Semua kejadian yang terekam dalam 3 hari 2 malam itu berhasil membuatku menitikkan air mata dan mengatakan bahwa aku merindukan mereka, aku merindukan keberadaan mereka yang telah mengisi 3 hari kosongku dikamar dan dipulau kecil ini. Mungkin diriku masih ingin bersama kalian, mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian…

TERIMA KASIH sudah datang, terima kasih sudah mengukir cerita untukku kembali bernostalgia dengan anak cucu kelak. Jangan lupa untuk kembali...

Comments

Popular posts from this blog

Kamu mau traveling ala backpacker? Packing barangmu dulu guys !

       Apa yang terbesit di benakmu ketika mendengar kata “packing”? mungkin kamu akan langsung terpikirkan mengenai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ketika berpergian jarak jauh dan sebagainya. Ya, benar banget, packing itu tidak pernah jauh dari kata berpergian ataupun traveling atau perjalanan lainnya Pastinya, untuk tidak merasa repot dan kesusahan ketika diperjalanan, kita perlu menyiapkan hal-hal yang menurut kita ‘penting’ untuk dibawa. Ingat!! Harus yang penting aja, kalau kamu tidak mau perjalanan terganggu dengan barang bawaan yang membludak dan tidak digunakan. Nah, untuk kamu yang suka jalan-jalan khususnya backpackeran, aku punya beberapa tips nih dari beberapa senior yang udah berpengalaman dalam hal-hal simple dalam perjalanan nih Packing yang baik dan benar itu…         Pertama-tama, yang harus kamu lakukan adalah mengelompokkan barangmu menjadi 3 variasi, yaitu Berat, sedang dan ringan. Nah, untuk ba...

Ngapain sih travelling terus?

Traveling dapat menyebabkan badan terasa remuk, lelah, isi dompet menipis, kulit jadi gelap dan kusam. Makan tidak teratur, tidur tidak nyaman. Tp semua terbayar dengan hal-hal berikut... Ada beberapa manfaat dan hal seru yg saya rasakan ketika traveling : 1. Menikmati alam sepuasnya 2. Mempelajari bahasa asing 3. Melatih mental 4. Merasa capek, tapi gak pernah ngeluh 5. Orang asing akan menjadi tim seperjuangan 6. Melatih kekompakan sesama pejalan 7. Akan semakin erat persaudaraan antar sesama 8. Mendewasakan dengan cara menyenangkan 9. Mengumpulkan banyak cerita untuk anak cucu 10. Memperkaya cakrawala berpikir dengan benar2 melihat dunia dengan berbagai perspektif 11. Bertemu dengan banyak orang akan melatih untuk tidak jumawa atas apa yg telah dicapai 12. Traveling menggenapkan pepatah "Manusia boleh berencana, Tuhan pula yang menentukan" menjadi kenyataan. 13. Banyak hal gila yg bisa dilakukan sebelum datangnya hari tua 14. Kita kaya meskipun tidak punya h...

Kebaikan yang tulus

Banda Aceh, 31 Oktober 2017 Banyak yang berkata bahwa menaruh harap kepada manusia akan berakhir sia-sia. Mereka melarang mencintai terlalu dalam karena sesuatu yang dalam akan berakhir dengan perih yang dalam. Bukankah hal tersebut tidak sepenuhnya benar? Ketika kita memiliki seseorang, maka pada saat itu pula kita mengerti bahwa suatu saat ia akan pergi dengan langkahnya sendiri ataupun tumpangan orang lain. Ketika kita memilikinya kenapa tak kita manfaatkan untuk menjadikannya prioritas, menjadikannya ladang mencari pahala dengan berbuat kebaikan, memuliakan sesama manusia, memberikan yang ia butuhkan, berusaha untuk selalu ada.  Bukannya malah menjadikannya orang biasa saja bagi kita, karena alasan takut kelak akan tersakiti akibat menyayangi terlalu dalam. Bukankah itu adalah memuncakkan sebuah keegoisan dalam diri? Dimana kita mengutamakan perasaan pribadi daripada membahagiakan mereka. Padahal, dengan melakukan kebaikan kita kan mendapatkan hal serupa bahkan ...