Bagiku, perjalanan adalah penyembuh! Masjid Kerisik, Patani-Thailand Selatan Penyembuh saat-saat aku kian letih menjalani rutinitas, lelah dengan jatuh dan bangkitnya semangat. Dalam perjalanan… kutemukan kembali makna hidup. Saat mendengar cerita-cerita teman seperjalanan, beban hidup, kekurangan hingga cerita bahagia, saat itu aku sadar, cerita beban yang selama ini aku keluhkan hanyalah buih kecil didalam luasnya samudera. Perjalanan mengajarkanku arti syukur atas jalan hidup yang terkadang bany a k liku. Semakin banyak derita yang kita alami, semakin banyak pelajaran yang dapat dipetik, semakin banyak cobaan yang kita tempa, semakin banyak yang akan mendewasakan, semakin banyak problema hidup, semakin banyak pula hikmah yang dapat dipetik disetiap detik. Kadang aku berpikir, kenapa harus mengalami semua hal ini, hidup di negara orang, sebagai sukarelawan, hidup serba kekurangan, harus beradaptasi dengan adat dan budaya yang begitu berbeda,...
Banda Aceh, 31 Oktober 2017 Banyak yang berkata bahwa menaruh harap kepada manusia akan berakhir sia-sia. Mereka melarang mencintai terlalu dalam karena sesuatu yang dalam akan berakhir dengan perih yang dalam. Bukankah hal tersebut tidak sepenuhnya benar? Ketika kita memiliki seseorang, maka pada saat itu pula kita mengerti bahwa suatu saat ia akan pergi dengan langkahnya sendiri ataupun tumpangan orang lain. Ketika kita memilikinya kenapa tak kita manfaatkan untuk menjadikannya prioritas, menjadikannya ladang mencari pahala dengan berbuat kebaikan, memuliakan sesama manusia, memberikan yang ia butuhkan, berusaha untuk selalu ada. Bukannya malah menjadikannya orang biasa saja bagi kita, karena alasan takut kelak akan tersakiti akibat menyayangi terlalu dalam. Bukankah itu adalah memuncakkan sebuah keegoisan dalam diri? Dimana kita mengutamakan perasaan pribadi daripada membahagiakan mereka. Padahal, dengan melakukan kebaikan kita kan mendapatkan hal serupa bahkan ...